Pada suatu hari, ada seorang pemuda yang melakukan pendakian di
pegunungan. Namun, ia dikejutkan oleh badai salju yang tiba-tiba datang
dan dengan cepat membuat ia kehilangan jalan. Si pemuda tahu bahwa ia
memerlukan perlindungan dengan cepat. Jika tidak, ia akan mati membeku.
Rasa dingin segera membuat tangan dan kaki pemuda tersebut mati rasa. Ia
pun berlarian mencari jalan untuk segera turun.
Namun, tiba-tiba ia tersandung sesosok tubuh laki-laki yang tergeletak hampir membeku. Si pemuda pun bimbang apa yang harus dilakukan, meninggalkan orang tersebut untuk menyelamatkan diri atau menolongnya dengan konsekuensi ia pun akan ikut membeku. Keputusan diambil, si pemuda melepas sarung tanganya yang basah. Ia berlutut disamping tubuh yang tergeletak tersebut dan langsung mengurut lengan dan kaki lelaki itu. Setelah beberapa saat, lelaki itu mulai memberikan tanggapan dan segera bisa berdiri. Akhirnya mereka berdua turun bersama-sama mencari pertolongan.
Namun, tiba-tiba ia tersandung sesosok tubuh laki-laki yang tergeletak hampir membeku. Si pemuda pun bimbang apa yang harus dilakukan, meninggalkan orang tersebut untuk menyelamatkan diri atau menolongnya dengan konsekuensi ia pun akan ikut membeku. Keputusan diambil, si pemuda melepas sarung tanganya yang basah. Ia berlutut disamping tubuh yang tergeletak tersebut dan langsung mengurut lengan dan kaki lelaki itu. Setelah beberapa saat, lelaki itu mulai memberikan tanggapan dan segera bisa berdiri. Akhirnya mereka berdua turun bersama-sama mencari pertolongan.
Di kemudian hari, si pemuda tersebut diberi tahun bahwa dengan
menolong orang lain, ia telah menolong dirinya sendiri. Mati rasanya
hilang saat ia mulai mengurut lengan dan kaki tubuh laki-laki yang ia
temukan. Kegiatannya yang semakin banyak meningkatkan peredaran
darahnya, serta mendatangkan kehangatan kepada tangan dan kakinya.
***
Kita sering dihadapkan pada pilihan dilematis, antara menyelesaikan
masalah kita sendiri atau menolong orang lain yang juga lagi didera
masalah. Kita sering berpikir bahwa ketika kita menolong orang lain,
masalah kita bisa tidak terselesaikan, atau bahkan terbengkalai.
Sifat egoisme masih sering mendekap kita sehingga kita lebih senang memikirkan diri kita sendiri. Apapun yang bersangkutan dengan diri kita haruslah sempurna, tak boleh ada kekurangan. Ketika kita mendapat masalah, kita harus segera menyelesaikannya. Andai ada teman kita yang meminta bantuan kita, mereka akan menjadi yang nomor dua.
Sifat egoisme masih sering mendekap kita sehingga kita lebih senang memikirkan diri kita sendiri. Apapun yang bersangkutan dengan diri kita haruslah sempurna, tak boleh ada kekurangan. Ketika kita mendapat masalah, kita harus segera menyelesaikannya. Andai ada teman kita yang meminta bantuan kita, mereka akan menjadi yang nomor dua.
Kita sering kali berada pada kondisi tidak sadar bahwa menyelesaikan
masalah, apapun dan milik siapapun, bisa memberikan manfaat bagi diri
kita sendiri, langsung ataupun tidak. Apa yang terjadi pada si pemuda
diatas, menunjukkan manfaat langsung dari kerelaannya menolong orang
yang ditemuinya. Manfaat tidak langsung, bisa jadi terletak pada
nilainya. Jika suatu saat kita mendapatkan masalah yang sama, pengalaman
kita dalam menolong orang lain bisa jadi modal berharga bagi kita untuk
menyelesaikan masalah yang kita hadapi.
Si pemuda terbebas dari masalah yang dihadapinya dengan menolong
orang lain yang sama sekali tidak dikenalnya. Si pemuda mampu
menyingkirkan egoismenya untuk bisa selamat sendiri. Barangkali, kita
membutuhkan semangat ini, saat nilai kerjasama, gotong royong, saling
menolong mulai mulai meluntur diantara kita. Zig Ziglar dengan begitu
jelas mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk mencapai puncak gunung
kehidupan adalah dengan melupakan diri sendiri dan membantu orang lain.
Semoga kita semua bisa melakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah Penghargaan dengan memberikan Komentar kepada blog ini, Thank you a lot